Minggu, 15 Februari 2009

Membimbing Orang Lain

Berawal dari HATI
Hati (qalbu) ibarat kertas putih yang bersih dan suci. Ketika jatuh di lingkungan pelukis, maka kertas itu akan digores dengan lukisan yang mempesona, dimasukan dalam pigura dan dipajang sebagai hiasan. Ketika kertas itu jatuh di lingkungan tukang judi togel, maka jadilah kertas putih itu tidak lebih berisi goresan aneka nomor buntut, dilipat seadanya, disimpan di tempat yang tersembunyi. Demikian pula jika kertas itu jatuh di lingkungan penjual pisang goreng, maka jadilah kertas pembungkus pisang goreng yang penuh bercak bekas minyak. Tidak ada manfaat lebih, kecuali disisihkan sebagai sampah.
Artinya, walaupun secara fitrah hati kita suci, namun sangat sensitif merespon berbagai input atau sinyal yang diberikan oleh indra. Tanpa sensor atau filter yang baik, maka hati akan mudah dilumuri kotoran dan pada saat tertentu tidak berfungsi sebagaimana layaknya. Hati yang bersih, seperti kaca yang bening. Jika terkena pantulan cahaya matahari, ia akan menembuskan cahaya tersebut bahkan memantulkannya ke sisi yang lain. Sebaliknya hati yang dilumuri kotoran, lama kelamaan menjadi pekat dan sulit dibersihkan.
Kita semua memiliki kualitas hati yang sama, tinggal bagaimana kita menempatkan hati tersebut. Dibersihkan dengan ilmu akan melahirkan daya keikhlasan yang memberi efek positif, yaitu kemudahan menerima hidayah (petunjuk) Allah SWT. Dibiarkan menerima sinyal negatif yang tidak bersumber pada bimbingan ilmu, maka cenderung menutupi optik hati, pada akhirnya sulit membedakan haq dan bathil, cinta dan hawa nafsu, keinginan dan kebutuhan, dan lain-lain.
Siapa yang paling mengetahui kadar kualitas hati kita? Dialah Allah SWT. sebagai penguasa terhadap diri anda dan diri anda sendiri sebagai ”pengelola” yang diberi amanah oleh Allah. Dalam hal ini, anda pasti menjadi orang paling jujur dalam memberi penilaian terhadap kualitas hati anda. Karena yang anda tanya bukanlah orang lain, melainkan hati anda sendiri—yang tidak akan pernah dusta.
Maka untuk lebih mengenal diri anda sendiri, saat ini juga pejamkan mata agar indera penglihatan tidak memberikan input yang salah kepada hati. Kemudian pusatkan pemikiran untuk menjawab pertanyaan : ”Bagaimana kualitas hati yang anda miliki?” Berbagai pola pikir dan pola tindak anda, yang terrekam secara tidak sengaja, memenuhi alam bawah sadar anda, sekarang nampak pada pikiran anda. Andta seperti melihat film dokumenter diri sendiri yang membuat anda terharu, malu, marah, sedih dan lain-lain. Beberapa saat, biarkan pikiran anda menapak-tilasi peran anda selama ini, buah karya dari keadaan hati anda yang sesungguhnya. Sekarang saatnya membuka mata, menjawab pertanyaan tersebut. Ya, anda pasti jujur dan seperti itulah kualitas hati anda saat ini. Rasa angkuh dan kehebatan anda akan luluh, perasaan tidak memiliki nilai lebih—menjadi pengakuan yang pasti di hadapan Allah. Ya, memang hati terlalu jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar